NYERI
Rasa nyeri merupakan
masalah yang umum terjadi di masyarakat dan pasien sering datang berobat ke
dokter karena rasa nyeri yang mengganggu fungsi sosial dan aktivitas
penderitanya. Hasil penelitian The U.S. Centre for Health Statistic selama 8
tahun menunjukkan bahwa 32% masyarakat Amerika menderita nyeri yang kronis dan
hasil penelitian WHO yang melibatkan lebih dari 25.000 pasien dari 14 negara
menunjukkan bahwa 22% pasien menderita nyeri, minimal selama 6 bulan. Pada
populasi orang tua, prevalensi nyeri meningkat menjadi 50% (Marazzitil, 2006).
Nyeri adalah suatu
sensasi yang tidak menyenangkan dan bisa dirasakan sebagai rasa sakit. Nyeri
dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon terhadap stimulus yang
berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin,
tertusuk benda tajam, patah tulang, dan lain-lain. Pada dasarnya, rasa nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Meskipun nyeri berguna bagi tubuh, namun
dalam kondisi tertentu, nyeri dapat menimbulkan ketidaknyamanan bahkan
penderitaan bagi individu yang merasakan sensasi ini. Rasa nyeri timbul apabila
terjadi kerusakan jaringan akibat luka, terbentur, terbakar, dan lain
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan
posisi tubuhnya (Guyton & Hall, 1997).
Nyeri
yang terjadi mendorong individu yang bersangkutan untuk mencari pengobatan,
antara lain dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri (Analgetik).
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghambat atau mengurangi rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran Saat ini telah banyak beredar obat-obatan
sintetis seperti obat anti inflamasi non steroid (AINS). Obat-obat analgetika
adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa
nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai macam cara, seperti menekan
kepekaan reseptor rasa nyeri (misalnya dengan anestesi) terhadap rangsang nyeri
mekanik, termik, listrik atau kimiawi di pusat atau perifer, atau dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri.
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu
Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics) dan Analgesik
Opioid/Analgesik Narkotika. Mula kerja dan durasi kerja suatu analgetik,
ditentukan oleh jenis dan rute pemerian analgetik tersebut.
PROSES
YANG MENGAKIBATKAN TIMBULNYA NYERI
Transduksi (transduction) merupakan proses yang berawal dari stimulasi nyeri
yang dikonferskan kebentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses ini dumilai
ketika nociceptor yang merupakan
reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri teraktivasi. Aktivitas
reseptor ini merupakan bentuk respon terhadap stimulus seperti kerusakan
jaringan (Ardita, 2007).
Transmisi (transmission) adalah serangkaian kejadian neural yang memberikan implus listrik melalui sistem saraf ke area
otak. Proses ini melibatkan saraf aferen yang akan ber-axon pada dorsal horn di
spinalis. Transmisi kemudian akan dilanjutkan melalui sistem contralateral, spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex cerebral (Ardita, 2007).
Modulasi (modulation) adalah proses yang mengacu pada aktivitas neural dalam upaya mengontrol ransmisi noiceptor. Proses ini melibatkan neural komplek. Implus nyeri yang sampai
di saraf pusat akan dikontrol transmisinya oleh sistem saraf pusat dan
mentransmisikan implus nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian
cortex yang selanjutnya
ditransmisikan melalui saraf descend
ke tulang belakang untuk memodulasi efektor (Ardita, 2007).
ANALGETIK
Analgesik
adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
mempengaruhi kesadaran. Istilah ini pada masa kini menunjukkan makna ganda.
Pertama, untuk menunjukkan proses penderita bebas dari nyeri tanpa kehilangan
kesadaran. Kedua, dipergunakan oleh beberapa pakar dalam kaitannya dengan
istilah anestesi lokal
atau regional. Pada
umumnya obat analgesik dibagi menjadi dua golongan, yaitu analgesik nonopioid
dan analgesik opioid (Tjay
dan Rahardja, 2007; Soenarjo, 2010).
Analgesik
nonopioid merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri dan bekerja di perifer
sehingga tidak mempengaruhi kesadaran serta tidak menimbulkan ketergantungan.
Obat ini dapat mengurangi gejala nyeri ringan sampai nyeri sedang. Mekanisme
aksi obat golongan ini adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX)
sehingga proses pembentukan asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat.
Selain sebagai obat penghilang nyeri, obat ini juga dapat mengurangi peradangan
(inflamasi) dan menurunkan demam (antipiretik). Contoh obat analgesic golongan ini adalah ibuprofen,
diklofenak, asam mefenamat, indometasin, piroksikam, dan sebagainya (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Analgesik opioid merupakan obat yang
bekerja di reseptor opioid pada sistem saraf pusat (SSP). Obat ini diberikan
untuk mengatasi nyeri sedang sampai nyeri berat (Ikawati, 2011). Obat ini
bekerja pada SSP secara selektif sehingga dapat mempengaruhi kesadaran dan
menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Mekanisme obat
ini yaitu mengaktivasi reseptor opioid pada SSP untuk mengurangi rasa nyeri.
Aktivasi dari obat tersebut diperantarai oleh reseptor mu (µ) yang dapat
menghasilkan efek analgesik di SSP dan perifer. Contoh dari obat analgesik opioid antara
lain morfin, kodein, nalokson,
tramadol, dll (Nugroho,
2012).
Contoh obat Analgesik Opioid
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu Tramadol menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Tramadol mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu Tramadol menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardinata, D. 2007. Multidimensional
Nyeri. Jurnal Keperawatan Rufaidah
Sumatera Utara. 2(2): 77-81.
Guyton A.C. and J.E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
IX. Jakarta : EGC.
Ikawati, Z. 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. Yogyakarta: Bursa Ilmu
Marazzitil D., Mungail F., Vivarellil
L., Prestal S., Osso, B.D. 2006. Pain and
psychiatry : a critical analysis and pharmacological review. http://www.
Cpementalhealth. Com /content /2 /1/31. January 25th, 2007.
Nugroho. 2012. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2007.
Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
.
PERMASALAHAN
1 Apa perbedaan anastesi
dengan analgesik?
2 Apakah obat analgesik
juga bisa digunakan untuk anatesi?
3 Bagaimana mekanisme
timbulnya nyeri?
Baiklah di sini sari ingin membantu menjawab pertanyaan no 1,analgetik adalah sejenis obat yang di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran,sedsngkan anestesi obat digunakan untuk penghilang rasa sakit pada saat pembedahan,semiga bermanfaat.
BalasHapusArtikelnya cukup membantu, baiklah disini saya mencoba menjawab permasalahn no 3 dimana Proses Terjadinya Nyeri yaitu
BalasHapusReseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiridari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem keduaterdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral danimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus.Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
Hai Kemas , saya ingin menjawab nomor 3
BalasHapusMekanisme terjadinya nyeri adalah sebagai berikut rangsangan(mekanik, termal atau Kimia) diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, Rangsangan ini di ubah kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami).
Terimakasih atas artikelnya, sangat bermanfaat sekali, saya ingin menjawab pertanyaan no 3. Mekanisme terjadinya nyeri adalah sebagai berikut rangsangan(mekanik, termal atau Kimia) diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, Rangsangan ini di ubah kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami).
BalasHapusTerimakasih saudara kemas, sangat membantu
BalasHapusRyan no 1 ini jawabannya
BalasHapusanalgetik adalah sejenis obat yang di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran,sedsngkan anestesi obat digunakan untuk penghilang rasa sakit pada saat pembedahan,semiga bermanfaat.